Fenomena Oleh-Oleh Magelang di 2025: Tradisi Lokal yang Meledak di Media Sosial
Oleh-oleh Magelang di 2025 bukan sekadar camilan—tapi simbol tradisi dan inovasi yang kini berjaya di marketplace dan TikTok

INFONA.id - Magelang, kota kecil di Jawa Tengah yang selama ini dikenal sebagai pintu gerbang menuju Candi Borobudur, kini tengah mencuri perhatian nasional. Namun, sorotan itu bukan hanya karena pesona wisatanya, melainkan karena geliat luar biasa dari para pelaku UMKM oleh-oleh khas Magelang yang sukses viral di media sosial sepanjang 2025.
Fenomena ini bukan sekadar tentang makanan lezat, tetapi tentang bagaimana tradisi dan inovasi saling berpelukan, membentuk wajah baru ekonomi kreatif lokal. Di tangan anak-anak muda dan penjual yang adaptif, produk klasik seperti getuk dan wajik kini menjelma menjadi konten yang menginspirasi, estetik, dan menggugah selera.
Dari Getuk Trio ke Getuk Bolen: Evolusi Rasa yang Tak Terbendung
Magelang memang kaya akan warisan kuliner. Salah satu yang paling ikonik adalah Getuk Trio—jajanan berbahan dasar singkong dengan tiga warna khas: putih, cokelat, dan merah muda. Teksturnya lembut, rasanya manis legit, dan selama puluhan tahun menjadi buah tangan wajib setiap wisatawan.
Tak hanya Getuk Trio, varian lain seperti Getuk Eco dan Getuk Marem juga tetap populer. Lalu ada Wajik Week, camilan dari ketan dan gula merah dengan rasa manis gurih yang tahan lama. Produk-produk ini adalah pilar dari budaya kuliner Magelang.
Namun tahun 2025 membawa semangat baru: inovasi.
Getuk Bolen — getuk yang dipadukan dengan puff pastry menjadi viral karena tekstur dan rasanya yang unik.
Keripik getuk dan permen tape — jajanan tradisional dengan kemasan modern.
Tahu gundul, keripik bayam, hingga pothil (singkong goreng kering) — semakin digemari generasi muda.
Semua oleh-oleh ini tampil dengan kemasan kekinian, lebih awet, dan pastinya Instagramable.
Media Sosial Jadi Etalase Baru: Dari Pasar ke Panggung Digital
Salah satu kisah sukses paling mencolok datang dari Oishipan Bakery Cafe. Berlokasi di pusat kota Magelang, Oishipan menggabungkan konsep bakery ala Jepang dengan nuansa lokal. Roti dan kue Jepang disajikan dalam ruang berdesain estetik, lengkap dengan sudut-sudut Instagramable yang jadi incaran pengunjung.
Harga terjangkau (Rp15.000–Rp50.000), rasa otentik, dan pelayanan ramah membuat Oishipan ramai dikunjungi wisatawan dan jadi langganan konten di TikTok maupun Instagram Reels. Ini bukan hanya soal kuliner, tapi soal pengalaman—tentang bagaimana makanan bisa menjadi bagian dari gaya hidup digital.
UMKM Lokal Naik Kelas Lewat Inovasi dan Marketplace
Tak hanya pemain baru seperti Oishipan, para penjual oleh-oleh tradisional juga ikut bertransformasi. Mereka mulai memanfaatkan kekuatan media sosial untuk promosi, menerima pesanan via WhatsApp dan Tokopedia, hingga menggunakan sistem pembayaran digital dan pengemasan vakum agar tahan lama.
Produk seperti Getuk Trio dan Wajik Week kini mudah ditemukan secara online dengan penjualan ribuan paket per bulan. Ini membuktikan bahwa ketika UMKM lokal melek digital, pasar mereka bisa menembus batas pulau, bahkan negara.
Ketika Getuk Menjadi Konten, dan Tradisi Menjadi Tren
Fenomena oleh-oleh khas Magelang yang viral di 2025 bukanlah keberuntungan semata. Ia adalah hasil dari adaptasi cerdas pelaku usaha lokal yang merangkul tradisi sambil membuka diri pada zaman. Getuk, wajik, tape ketan—semuanya tak lagi hanya berada di rak-rak pasar tradisional, tapi juga di feed media sosial, halaman marketplace, bahkan masuk ke konten viral dengan jutaan tayangan.
Magelang hari ini bukan hanya soal sejarah dan candi, tapi juga tentang kreativitas lokal yang berani tampil di panggung digital dunia. Dari dapur-dapur kecil hingga kemasan modern, dari resep nenek moyang hingga inovasi generasi Z—semua menyatu dalam satu tujuan: membuat oleh-oleh bukan sekadar camilan, tapi identitas yang layak dibanggakan.
Penulis: Admin
Editor: Tim infona.id