12 Kuliner Legendaris Bandung: Menyelami Sejarah dalam Setiap Gigitan
Warung-warung makan legendaris di kota ini tidak sekadar tempat menyantap hidangan, melainkan juga saksi bisu perjalanan zaman. Dari resep turun-temurun

Kota Bandung, yang dikenal sebagai Kota Kembang, bukan hanya tersohor karena keindahan alam dan arsitektur kolonialnya, tetapi juga karena kekayaan kuliner yang melekat erat dengan sejarahnya. Warung-warung makan legendaris di kota ini tidak sekadar tempat menyantap hidangan, melainkan juga saksi bisu perjalanan zaman. Dari resep turun-temurun hingga suasana nostalgia yang tetap terjaga, setiap tempat menyimpan kisah unik yang menarik untuk dijelajahi.
Berikut adalah beberapa destinasi kuliner legendaris yang wajib dikunjungi saat berkeliling Bandung.
Warung Nasi Ibu Imas: Rasa Sunda yang Melegenda
Bagi pecinta masakan khas Sunda, Warung Nasi Ibu Imas yang terletak di Jalan Balonggede menjadi pilihan yang tak pernah mengecewakan. Sejak berdiri pada 1950-an, tempat ini dikenal dengan nasi timbel hangat yang disajikan bersama aneka lauk seperti ayam goreng, ikan asin, tahu, tempe, serta sambal dadak yang pedas menggugah selera. Suasana rumahan yang hangat membuat pelanggan merasa seperti menikmati hidangan di dapur sendiri.
Sumber Hidangan: Jejak Kuliner Eropa di Jalan Braga
Di jantung Jalan Braga, Sumber Hidangan menghadirkan suasana klasik yang membawa pengunjung seakan kembali ke era kolonial. Berdiri sejak 1929 dengan nama Het Snoephuis, restoran ini terkenal dengan hidangan Barat seperti bistik dan sop buntut, serta sajian khas Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado. Interiornya yang tetap mempertahankan nuansa lawas menjadikannya tempat favorit bagi keluarga maupun pebisnis yang ingin menikmati hidangan dalam suasana elegan.
Toko Yogurt Cisangkuy: Kesegaran yang Tak Lekang oleh Waktu
Sejak 1976, Toko Yogurt Cisangkuy telah menjadi ikon kuliner sehat di Bandung. Terletak di Jalan Cisangkuy, tempat ini menawarkan yogurt buatan sendiri dengan berbagai rasa, mulai dari stroberi, cokelat, hingga mangga. Selain yogurt, mereka juga menyajikan susu murni, es krim, dan puding, menjadikannya tempat yang sempurna untuk bersantai di tengah udara sejuk Bandung.
Mie Kocok Persib: Gurihnya Semangkuk Tradisi
Bagi penggemar mie kocok, kedai di Jalan Ahmad Yani ini menjadi destinasi wajib. Kuah kaldu yang kaya rasa berpadu dengan mie kenyal, kikil sapi, dan bakso menjadikan hidangan ini favorit lintas generasi. Nama "Persib" bukan hanya sekadar branding, tetapi juga mencerminkan kedekatan kedai ini dengan para pendukung setia tim sepak bola kebanggaan Bandung.
Roti Gempol: Sajian Roti Jadul yang Tetap Dicari
Tersembunyi di Jalan Gempol Kulon, Roti Gempol telah berdiri sejak 1958 dan tetap mempertahankan proses pembuatan roti secara tradisional. Pilihan roti tawar, roti sobek, hingga roti gandum panggang dengan aneka isian menjadikan tempat ini favorit bagi mereka yang ingin menikmati sarapan klasik atau camilan sore yang mengenyangkan.
Batagor Riri: Sensasi Renyah yang Legendaris
Ketika berbicara tentang batagor, nama Batagor Riri selalu masuk dalam daftar teratas. Berlokasi di Jalan Burangrang, tempat ini menyajikan batagor dengan tekstur renyah dan bumbu kacang kental yang khas. Rasa gurih yang berpadu dengan sentuhan manis dan pedas dari saus sambal menjadikan setiap gigitan begitu berkesan.
Es Cendol Elizabeth: Pelepas Dahaga di Tengah Kota
Di tengah teriknya siang, segelas es cendol dari Es Cendol Elizabeth di Jalan Otto Iskandardinata menjadi penyegar yang sempurna. Cendol yang lembut berpadu dengan santan gurih dan gula merah manis menciptakan keseimbangan rasa yang selalu dirindukan pelanggan. Kesegaran minuman tradisional ini terus dipertahankan sejak pertama kali diperkenalkan.
Surabi Cihapit: Tradisi Bertemu Inovasi
Surabi Cihapit, yang terletak di Jalan Cihapit, menghadirkan surabi lembut dengan berbagai varian rasa, dari klasik seperti oncom hingga varian modern seperti cokelat, keju, dan durian. Tempat ini selalu ramai menjelang sore, saat pelanggan datang untuk menikmati surabi hangat sambil bersantai.
Braga Permai: Restoran Bersejarah di Pusat Kota
Berdiri sejak 1912 dengan nama Maison Bogerijen, Braga Permai tetap menjadi salah satu restoran klasik yang mempertahankan pesonanya. Menu andalannya meliputi masakan khas Indonesia dan Eropa, dengan hidangan penutup seperti bread pudding yang tetap menggunakan resep asli sejak puluhan tahun lalu.
RM Linggarjati: Mie Baso dengan Sentuhan Nostalgia
Sejak 1950, RM Linggarjati yang terletak di Jalan Balonggede telah menyajikan mie baso, mie pangsit, dan mie ayam dengan cita rasa yang tak berubah. Jus alpukat khas mereka juga menjadi daya tarik tersendiri, dengan tekstur kental dan rasa autentik yang membedakannya dari tempat lain.
Toko YOU: Kuliner Klasik dalam Balutan Elegansi
Berdiri sejak 1947, Toko YOU yang berlokasi di Jalan Hasanudin, Dipatiukur, menawarkan beragam hidangan, dari olahan ayam, sapi, hingga menu vegetarian. Salah satu yang paling khas adalah Nasi Rawon Panggang, di mana kuahnya disajikan terpisah untuk menjaga cita rasa daging yang lembut.
Mie Naripan: Lezatnya Semangkuk Mie Legendaris
Mie Naripan telah menjadi bagian dari kuliner Bandung sejak puluhan tahun lalu. Berbagai pilihan mie seperti bihun, yahun, yamien, dan mie kuah dengan topping melimpah menjadikan tempat ini favorit bagi mereka yang ingin menikmati mie dalam porsi besar dengan cita rasa otentik.
Menghidupkan Kenangan Lewat Kuliner
Kuliner legendaris di Bandung tidak hanya tentang cita rasa, tetapi juga tentang perjalanan waktu yang terekam dalam setiap sajiannya. Warung-warung makan ini tidak sekadar menyajikan makanan, melainkan juga pengalaman dan kenangan yang terus hidup di hati pengunjungnya.
Di era digital saat ini, informasi mengenai kuliner klasik semakin mudah diakses melalui berbagai platform. Dengan demikian, generasi muda dapat lebih mengenal dan melestarikan warisan kuliner yang telah bertahan puluhan tahun.
Mengunjungi Bandung tak lengkap tanpa mencicipi kuliner legendarisnya. Di setiap suapan, ada kisah, ada sejarah, dan yang pasti—ada kenikmatan yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Sanny Abraham
Editor: Tim infona.id