1. Home
  2. Ragam

Swiss van Java dan Situ Bagendit yang Mempesona

Situ Bagendit jadi primadona wisata Garut di era Belanda. Dikenal lewat rakit dan panorama gunung yang memikat wisatawan Eropa.

Danau Bagendit tempo dulu
kitlv-75173 - Danau Bagendit dekat Garut dengan kapal feri.

INFONA.id - Pada awal abad ke-20, Garut dikenal sebagai “Swiss van Java” oleh para pelancong Eropa. Julukan ini bukan tanpa alasan, kota ini menawarkan panorama pegunungan, udara sejuk, serta destinasi wisata alam yang eksotis dan menenangkan. Salah satu magnet utama pada masa itu adalah Situ Bagendit, danau alami yang terletak di Kecamatan Banyuresmi.

Jauh sebelum ramai spot selfie dan wahana permainan air seperti sekarang, Situ Bagendit sudah menjadi tujuan wisata utama bagi para meneer dan noni Belanda. Lanskapnya yang memesona, air danau yang luas dan tenang, dikelilingi bukit hijau dengan latar belakang Gunung Guntur dan Papandayan, menjadi tempat pelarian ideal dari kepenatan Batavia dan kota-kota besar lainnya di Hindia Belanda.

Rakit dan Romantisme Wisata Zaman Dulu

Ciri khas wisata Situ Bagendit tempo dulu adalah rakit beratap kain putih yang digunakan para pelancong untuk menikmati danau. Rakit ini didayung perlahan oleh warga lokal, menyusuri permukaan air yang nyaris tanpa riak. Dalam suasana yang tenang, wisatawan Belanda biasa membawa serta perlengkapan piknik, buku, bahkan gramofon untuk menemani sore mereka di atas air.

Rakit-rakit ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan simbol dari romantisme kolonial: menikmati alam tropis dengan kenyamanan ala Eropa. Banyak dokumentasi foto dari masa itu, kini tersimpan di KITLV dan Tropenmuseum, yang menampilkan pasangan Eropa duduk santai di rakit dengan pakaian formal lengkap: gaun renda, topi lebar, jas putih, dan payung renda. Suatu pemandangan yang begitu kontras namun indah dengan latar alam Priangan.

Hotel Bergaya Kolonial di Tepi Danau

Popularitas Situ Bagendit sebagai destinasi elite bahkan mendorong pembangunan sebuah hotel mewah di dekat area danau pada tahun 1920-an. Hotel ini dibangun dengan gaya arsitektur kolonial, memiliki balkon menghadap langsung ke danau, serta ruang santai bagi para tamu untuk menyeruput teh sambil menikmati pemandangan.

Sayangnya, masa kejayaan hotel ini tak bertahan lama. Menjelang masa kemerdekaan, hotel tersebut ditinggalkan dan akhirnya hancur akibat gejolak sosial dan perang. Kini, bangunannya hanya tinggal kenangan yang tertulis dalam arsip-arsip kolonial. Legenda tentang hotel tersebut masih hidup di tengah masyarakat lokal dan pelancong sejarah.

Dari Legenda Nyai Bagendit hingga Wisata Modern

Situ Bagendit juga memiliki sisi folklor yang menarik, yaitu legenda Nyai Bagendit, wanita kaya yang kikir dan akhirnya ditenggelamkan bersama hartanya di danau. Cerita ini menjadi bagian penting dari narasi lokal dan kerap dikisahkan kepada anak-anak sebagai pengantar tidur maupun pelajaran moral.

Dalam konteks sejarah wisata, perpaduan antara legenda rakyat dan daya tarik visual Situ Bagendit menjadikannya unik. Wisatawan kolonial mungkin tak terlalu peduli pada legenda tersebut, namun bagi masyarakat lokal, kisah Nyai Bagendit menjadi warna tersendiri dari danau ini.

Situ Bagendit
Situ Bagendit

Kini, Situ Bagendit telah mengalami revitalisasi dengan berbagai fasilitas modern: perahu angsa, sepeda air, area bermain anak, serta spot foto kekinian. Jika kita datang di pagi hari saat kabut masih menggantung dan suara rakit kayu perlahan mengayuh air, suasana kolonial itu masih bisa sedikit terasa. Bayangkan saja: matahari baru naik, danau masih sunyi, dan di tengahnya sebuah rakit meluncur pelan… seolah waktu belum berjalan sejak tahun 1905.

Pelajaran dari Masa Lalu

Situ Bagendit bukan hanya objek wisata, tapi juga cermin dari sejarah pariwisata Garut di era kolonial. Ia menyimpan cerita tentang bagaimana pelancongan berkembang, bagaimana wisatawan Belanda melihat dan menikmati lanskap tropis, dan bagaimana budaya lokal berbaur (atau justru berseberangan) dengan gaya hidup kolonial.

Sebagai bagian dari rangkaian tempat wisata tua di Garut, Situ Bagendit menawarkan lebih dari sekadar keindahan alam: ia mengundang kita untuk merefleksikan perjalanan waktu dan perubahan cara manusia menikmati alam.

Penulis: Admin

Editor: Tim infona.id