Asal Usul Nama Garut: Dari “Kakarut” hingga Jadi Nama Kabupaten
Asal-usul nama Garut berasal dari kata “kakarut” dalam bahasa Sunda yang salah diucapkan oleh orang Eropa. Simak sejarah lengkap Kabupaten Garut.

INFONA.id - Di balik panorama pegunungan yang menyejukkan dan kuliner khas seperti dodol atau domba garut yang telah mendunia, Kabupaten Garut ternyata menyimpan cerita unik dalam sejarah penamaannya. Nama "Garut" tidak muncul begitu saja, melainkan berasal dari sebuah kesalahan pengucapan oleh seorang warga Eropa yang terjadi lebih dari dua abad lalu.
Cerita ini bermula saat pemerintah kolonial Hindia Belanda mencari lokasi baru untuk menggantikan Kabupaten Limbangan, yang dibubarkan oleh Gubernur Jenderal Daendels pada awal abad ke-19.
Sejarah Kabupaten Limbangan: Awal Mula Garut
Kabupaten Limbangan pernah menjadi bagian penting dari tatanan pemerintahan kolonial di wilayah Priangan. Namun pada tahun 1811, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels membubarkan kabupaten ini karena hasil produksinya, terutama kopi, mengalami penurunan drastis. Selain itu, sang bupati kala itu menolak menanam indigo (nila), tanaman yang diinginkan oleh pemerintah Belanda.
Dua tahun kemudian, Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles, yang mewakili kekuasaan Inggris atas Jawa, mengeluarkan keputusan untuk membentuk kembali Kabupaten Limbangan pada 16 Februari 1813, dengan pusat pemerintahan sementara di wilayah Suci.
Namun, wilayah Suci dinilai kurang memadai sebagai ibu kota kabupaten. Lahan yang terbatas serta ketersediaan air yang tidak mencukupi mendorong Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813–1831) membentuk panitia pencari lokasi ibu kota baru.
Dari Pencarian Lokasi hingga Temuan Telaga Berduri
Pencarian lokasi pun dimulai. Panitia sempat menemukan wilayah Cimurah yang terletak sekitar 3 km dari Suci. Namun, sulitnya akses air bersih membuat lokasi ini dinilai kurang layak. Perjalanan dilanjutkan ke arah barat Suci, hingga akhirnya ditemukan sebuah kawasan subur yang dialiri mata air jernih, serta dikelilingi oleh panorama pegunungan seperti Gunung Cikuray, Papandayan, Guntur, Galunggung, Karacak, dan Telaga Bodas.
Saat menjelajahi area tersebut, rombongan panitia menemukan sebuah telaga kecil yang dikelilingi semak berduri. Salah satu anggota panitia tidak sengaja tergores tangannya oleh duri semak tersebut hingga berdarah.
Ketika ditanya oleh seorang warga Eropa yang turut serta dalam rombongan, ia menjelaskan bahwa tangannya "kakarut", yang dalam bahasa Sunda berarti "tergores". Namun, karena lidah Eropa tersebut tidak fasih, kata "kakarut" justru terdengar seperti "gagarut" atau "garut".
Dari Ci Garut ke Kabupaten Garut
Setelah peristiwa itu, semak berduri di sekitar telaga tersebut dijuluki masyarakat sebagai "Ki Garut", dan telaganya pun diberi nama "Ci Garut". Seiring waktu, wilayah di sekitarnya dikenal sebagai Garut.
Nama itu akhirnya disetujui oleh Adipati Adiwijaya untuk menjadi nama ibu kota baru Kabupaten Limbangan yang telah dibentuk ulang oleh Raffles. Pemilihan lokasi ini dianggap ideal karena memenuhi syarat administratif dan geografis: tanah subur, air melimpah, dan bentang alam yang indah.
Peletakan batu pertama pembangunan infrastruktur ibu kota dilakukan pada 15 September 1813, dan sejak itu nama "Garut" resmi digunakan sebagai pusat pemerintahan kabupaten.
Hari Jadi Garut dan Warisan Budayanya
Kini, hari jadi Kabupaten Garut diperingati setiap 16 Februari, merujuk pada tanggal keluarnya surat keputusan pembentukan kembali Kabupaten Limbangan oleh Thomas Stamford Raffles.
Secara administratif, wilayah Garut saat ini berbatasan dengan Sumedang di utara, Tasikmalaya dan Majalengka di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Cianjur dan Bandung di barat. Meskipun bernama Kabupaten Garut, ibu kotanya secara resmi berada di Kecamatan Tarogong Kidul.
Cerita tentang "kakarut" yang menjadi Garut tidak hanya tersimpan dalam catatan sejarah, tetapi juga menginspirasi masyarakat lokal. Beberapa usaha seperti Warung Kakarut, yang menyajikan jajanan tradisional dan permainan masa kecil, mengambil nama tersebut sebagai identitas lokal yang membangkitkan nostalgia.
Refleksi Sejarah: Antara Bahasa, Budaya, dan Identitas
Kisah tentang asal-usul nama Garut adalah potret unik dari pertemuan budaya lokal dan asing di masa kolonial. Sebuah kata sederhana dalam bahasa daerah yang diucapkan dengan logat berbeda, bisa berubah menjadi nama resmi wilayah yang kini dikenal luas.
Cerita ini sekaligus menunjukkan bagaimana bahasa, kesalahan pengucapan, dan sejarah kolonial bisa berpadu dalam proses pembentukan identitas suatu daerah.
Penulis: Admin
Editor: Tim infona.id