Flat Shoes dan Perempuan Modern: Kisah Tita Menyusuri Jakarta
Tita, desainer muda di Jakarta, menemukan jati diri dan gaya personalnya lewat sepasang flat shoes. Simak kisah inspiratifnya dalam artikel ini

infona.id - Setiap pagi, Tita Pertiwi (29) sudah bersiap sebelum matahari sepenuhnya naik. Ia mengenakan kemeja putih, celana kain berpotongan lurus, dan sepasang sepatu flat warna hitam yang sudah menemani langkahnya selama hampir dua tahun terakhir. Di tengah ritme hidup Jakarta yang cepat dan penuh tantangan, sepatu sederhana itulah yang memberi stabilitas dalam kesehariannya.
“Awalnya beli karena diskon,” katanya sambil tertawa. “Tapi lama-lama, sepatu ini yang paling saya andalkan.”
Tita bekerja sebagai desainer grafis di sebuah agensi kreatif. Setiap harinya ia berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, kadang harus turun langsung ke lokasi pemotretan klien, kadang berdiri lama di galeri. Di luar pekerjaan, ia juga aktif dalam komunitas ilustrator jalanan yang sering berkumpul di taman kota. Bagi Tita, alas kaki yang nyaman bukan lagi opsi, tapi kebutuhan.
Sepatu yang Mengerti Gaya Hidup
Sepatu flat yang dikenakan Tita bukan keluaran merek mahal. Ia membelinya di toko lokal saat ada bazar fashion di Jakarta Selatan. Meski sederhana, sepatu itu memiliki busa empuk di bagian dalam dan bahan luar dari faux leather yang lentur.
“Pernah ada acara formal, saya tinggal tambah blazer dan aksesori, sepatu ini masih cocok. Tapi kalau nongkrong santai, tetap masuk juga. Versatil banget,” ujarnya.
Ia pernah mencoba mengenakan heels saat acara kantor, tapi pulang dengan kaki pegal dan sedikit lecet. Sejak itu, Tita memilih nyaman tanpa rasa bersalah. “Dulu saya pikir tampil profesional itu harus pakai hak tinggi. Tapi sekarang, saya tahu cara tampil percaya diri dengan gaya saya sendiri.”
Sebuah Pilihan, Bukan Sekadar Kenyamanan
Apa yang dialami Tita mencerminkan perubahan sikap banyak perempuan muda terhadap gaya dan kenyamanan. Flat shoes bukan lagi dianggap sebagai sepatu “cadangan” atau pilihan malas. Ia sudah menjadi bagian dari narasi perempuan modern yang ingin tampil tanpa tekanan.
“Zaman sekarang, perempuan bisa memilih sendiri definisi gayanya. Kita enggak perlu lagi memaksakan diri sesuai standar yang kaku,” tutur Tita. “Dan buat saya, gaya yang paling keren itu yang bisa saya pakai lari ke halte bus dan tetap kelihatan keren.”
Melampaui Tren
Tren flat shoes terus berkembang, dari model ballet flats klasik, loafers minimalis, hingga ballet sneakers yang belakangan digemari karena fleksibel dan tetap modis. Tapi bagi Tita, lebih dari model atau warna, yang terpenting adalah cerita di balik sepatu itu.
“Sepatu ini saya pakai waktu dapat proyek freelance pertama saya. Waktu itu saya deg-degan banget, tapi saya ingat, sepatunya bikin saya merasa ‘aman’. Lucu, ya, hal sekecil itu bisa bikin tenang.”
Langkah Kecil, Cerita Besar
Kini, sepatu flat milik Tita sudah menunjukkan tanda-tanda keausan di bagian sol. Tapi ia belum siap menggantinya. “Saya masih pengin jalan bareng dia,” ucapnya sembari tersenyum.
Flat shoes mungkin tak pernah menjadi pusat perhatian di runway, tapi di jalanan, di halte, di ruang rapat, dan di taman kota, sepatu ini diam-diam merekam begitu banyak langkah perempuan yang berjuang, bergerak, dan berkembang.
Mereka yang seperti Tita—yang memilih kenyamanan tanpa meninggalkan karakter—membuktikan bahwa gaya bukan soal menonjol, tapi soal otentik. Dan terkadang, kepercayaan diri paling kuat bisa muncul dari sepasang sepatu yang nyaris tak bersuara.***
Penulis: Admin
Editor: Tim infona.id